Selasa, 24 April 2012

Berjilabab tidak ada hubungannya dengan akhlak (jawaban dari pertanyaan “pake jilbab, ko akhlaknya ga bener.....”

Dalam pandangan masyarakat kita, bahwa wanita berjilbab, adalah wanita yang identik memiliki tata krama baik, wanita yang santun, kalem, rajin sholat, rajin berderma, sering hadir di pengajian, berbagai predikat kesolehan lainnya.
Okay, boleh jadi, sebagian besar wanita berkerudung seperti itu. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung, hal yang lumrah dan spontanitas terlintas dalam benak. Akibatnya, jika ada kebetulan wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan jilbabnya itu seketika penilaian masyarakat menjadi sangat negatif sekali. Dan tentu saja jilbabnya seketika menjadi objek atas tindakan yang tak sesuai dengan moral pemakai iilbab. “jilbaban tapi ko gitu”. Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun memilih tetap bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali. “daripada aku tidak bisa menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak menggunakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu. Entar aja jilbaban kalo udah mau wafat”
Menjilbabi hati, kalimat yang mendadak populer setelah boomingnya ayat-ayat cinta, kalimat yang bisa jadi sudah lama berdengung tetapi dipopulerkan oleh Rianti Cartweight. Sebenarnya, fenomena di atas (pengidentikan jilbab dengan kesolehan) adalah kesalahan pemahaman umum (salah kaprah) dalam masyarakat kita, soal hubungan jilbab dengan akhlak. Okay, memang wanita yang solehah yang mau menjalankan agamanya dengan baik, tentu saja mengaplikasikan segenap perintah agamanya terhadap dirinya semampu dia, salah satunya adalah berjilbab ini.
Tapi aku berani mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dengan berakhlak baik. “loh kok bisa???”
Berjilbab adalah murni perintah agama yang berhubungan dengan pribadi muslimah itu yakni, jilbab adalah kewajiban baginya dengan tanpa melihat apakah moralnya baik ataupun buruk. Jadi selama dia muslimah, maka berjilbab adalah kewajiban. Tentu saja, jika ada muslimah yang tak berjilbab itu pilihan dia, tetapi tentu sebuah konsekuensi dan merupakan kebijakan, apabila seseoarang tidak menjalankan perintah, maka risikonya adalah sanksi. Dan sanksi syariat tentu saja adalah dosa. Memang, bermoral baik adalah tuntunan sosial disamping ajaran agama, akan tetapi, semua kewajiban dalam agama sekeligus larangan-larangnnya adalah tidak berhubungan dengan akhlak itu, salah satunya ya masalah jilbab ini. So, okelah seorang muslimah bilang “cukup aku jilbabi hati” tapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginnya. Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab, dalam konteks bahasa umum, menutup aurat.
that's all guys :)
semoga bermanfaat